Prolog: Sebuah hadiah yang tak ternilai.
Tentu tidak akan ada tulisan ini.
Itupun jika aku menjadi yang benarbenar terakhir.
Membayangkannya saja membuat bibir tersenyum puas.
Bagaimana menurutmu? Lebih baik aku menjadi yang terakhir?
Entah kamu anggap apa hari ini.
Semoga anggapanmu terhadap senyum tidak berlebihan.
Atas ketiadaan harapan yang tak kunjung tertuai.
Karena bisa jadi, akulah yang telah diukir.
Andai aku tidak jatuh hati kala itu,
tak akan kalimatkalimat ini dapat tersusun.
Harapanku sungguh sederhana,
semoga kamu yang sekarang dapat bahagia dengan hari ini, hari kemarin, dan hari esok.
Epilog: Dari aku, yang kamu tolak untuk yang kesekian kalinya.