Bulan Ramadhan Adalah Waktu Yang Tepat Untuk Dopamine Detox

Avatar photo
Reading Time: 3 minutes

Kewajiban berpuasa dari waktu Subuh hingga Maghrib dan serta variasi amal ibadah yang cukup banyak dapat kita lakukan pada di waktu malamnya pada bulan Ramadhan merupakan langkah yang tepat untuk kita menerapkan Dopamine Detox.

Dopamine dalam istilah ilmiah merupakan zat pada otak manusia yang merespon rasa senang dan bahagia. Sedangkan Detox adalah proses mengeluarkan zat beracun atau berbahaya dari tubuh. Jika disatukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Dopamine Detox adalah aktivitas untuk meniadakan kebahagiaan palsu yang telah lama menipu otak kita untuk banyak hal yang sifatnya semu atau sementara.

Lalu, apa saja aktivitas yang perlu penerapan Dopamine Detox?

1. Scroll Sosial Media (Sosmed) ganti dengan Scroll Ayat-ayat Al-Quran

Stop Scrolling dan pilih kontenmu. Adalah rasa penasaran akankah di konten selanjutnya  membuat diri kita terpuaskan dengan konten yang barusan kita konsumsi. Namun, tenyata butuh puluhan konten untuk membuat kita mendapatkan rasa kepuasan yang sama seperti sebelumnya. Dan tanpa sadar, daya otak kita terkuras hanya untuk mencari dan terpaksa mengkonsumsi konten sampah atau tidak kita butuhkan sama sekali.

Jadi, hentikan pencarianmu. Pilih konten yang benar-benar kamu anggap memberi manfaat. Pilah konten dari level paling genting untuk dikonsumsi sampai level konten receh yang tak penting-penting banget untuk dikonsumsi setiap hari.

Tapi jangan salah, ada satu konten yang tak akan memberi  rasa penyesalan untukmu yang selalu scrolling konten tersebut. Adalah Al-Qur’an, yang memberi 10 kebaikan untuk mereka yang membaca setiap hurufnya. Sekalipun pembaca tidak mengerti apa maksudnya, tapi tetap diberi kebaikan yang melimpah. Apalagi ia sampai paham dan dapat mengamalkannya. Pun demikian ia lakukan di bulan Ramadhan yang dilipat gandakan 10 kali. Maka, terbayangkah berapa ganjaran yang diterima oleh kita?

Baca Juga: Cakap Asyik Edisi Dua Belas: Kampus, Sastra, dan Komunitas | Muhammad Tommy L.T
Teruntuk kita yang belum akrab dengan Mushaf Al-Quran, walau sejujurnya kita sungguh telat karena tak memulainya sewaktu bulan Rajab dan Sya’ban, walau begitu janganlah menyerah begitu saja. Bersemangatlah untuk kebaikan! Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan jangan engkau lemah… (HR. Muslim)

Tentu tidak akan mudah, tapi tidak sesulit yang kita bayangkan. Mulailah sesuai kemampuan. Jangan berkhayal bisa baca 1 juz, jika membaca satu halaman sudah kesusahan, apalagi sampai tidak membaca satu ayatpun hanya karena merasa harus 1 juz setiap hari. Tidak sampai begitu juga. Intinya, maksimalkan. Kreatiflah. Dan jangan mudah menyerah. Jika dihari pertama memang hanya mampu baca satu halaman. Bertekatlah di hari selanjutnya untuk bisa baca dua halaman. Tingkat terus di waktu-waktu berikutnya.

Sadarilah, bahwa yang kita baca adalah pesan-pesan cinta dari Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada seluruh hambanya.

Selambat-lambatnya, kita butuh meluangkan waktu 1 jam untuk membaca 1 juz. Butuh 3 menit untuk membaca 1 halaman. Butuh 20 detik untuk membaca 1 baris. Maka fokus kepada kesadaran bahwa waktu yang kita luangkan itu begitu sedikit. Seringkali waktu yang kita habiskan untuk berpikir dan mempertimbangkan untuk membuka (belum untuk membaca) mushaf membutuhkan waktu yang lama dan terbuang habis sia-sia. Apalagi berpikirnya sambil scrolling Sosmed yang tiada kita tahu di konten mana kita akan berbahagia. Sedangkan Al-Quran? 10 kebaikan dalam setiap hurufnya. Tentunya dengan Rahmad Allah yang Maha Kuasa.

2. Ganti kebahagiaan semu kepada kebahagiaan abadi

Kita sepakat bahwa dunia adalah tempat singgah menuju dunia akhirat yang abadi. Lalu, kenapa masih membenarkan perbuatan-perbuatan yang jelas salahnya? Kata kuncinya adalah jangan dekati ….

Depannya Z dan akhirnya A. Aku yakin kamu tahu apa itu.

Kenikmatan belum tentu kebahagiaan. Kenikmatan bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan bersifat lebih abadi.

Di dalam buku Filsafat Kebahagiaan yang ditulis Fahruddin Faiz menjelaskan bawah untuk membedakan kenikmatan dan kebahagiaan sangatlah mudah. Jika kita merasa nikmat minum es disaat berbuka puasa, kenikmatan itu untuk sementara waktu (temporer). Kalau tak percaya, cobalah minum satu gelas lagi, sehabis itu minum lagi, sampai 7 gelas, pasti es itu sudah tidak nikmat lagi. Sebab kenikmatan semacam itu temporer. Beda halnya dengan kebahagiaan ketika kita mendapatkan ilmu pengetahuan. Ini ranah kebahagiaannya lebih abadi. Semakin bertambah semakin nikmat dan bahagia. Tentunya ini sulit didapat jikalau kita sudah malas berpikir. Bisa jadi, karena terlanjur bahagia dengan yang semu, konten receh dan zina pembenaran.

Terakhir, mari kita renungkan ini…

Tuhan menciptakan kita untuk bahagia. Kalau mudah galau, Anda melecehkan Tuhan.

Wallahu A’lam.