Setidaknya Aku Bahagia adalah sebuah slogan yang akhir-akhir ini aku coba terapin dalam keseharianku. Teringat ucapan Deddy Corbuzier kepada anaknya “berhentilah saat telah waktunya habis, jangan paksa dirimu melewati batas waktu, cukupilah, karena sesungguhnya itu hanya akan membuatmu strees” kira-kira begitulah makna yang aku ingat dari potongan video itu.
Pun baru-baru ini aku melihat konten yang menggambarkan sistem pembelajaran di kampus eropa, jika waktu yang ditentukan wajib belajar telah selesai, maka semua mahasiswa langsung beranjak dari ruangan menuju ruangan lainnya, sekalipun si dosen belum menyelesaikan materi. Aku cukup terkejut dengan keketatan ataupun ketaaan sistem disana, menilai sistem di kampusku kiranya tidak setaat itu, hehe.
Oke, kalimat ‘setidaknya aku bahagia’ menurutku tidaklah bisa kalimat ini berhenti sampai disitu saja, harus atau bahkan wajib kalimat itu diikuti dan dilengkapi ‘Dengan Cara-Mu’, yaitu bahagia dengan cara Allah swt. Bilamana kalimat itu tidak diikuti ‘dengan cara-Mu’ maka khawatir kita akan mengandalkan diri kita sendiri. Yang padahal, apapun yang terjadi pada kehidupan kita tidaklah mungkin bisa lepas dari pantauan Allah swt.
Lebih lanjut lagi ingin aku coba bagikan kepada kita semuanya, bahwa sekalipun kita penuh dosa malam kemarin, dan ternyata Allah masih memberikan kesempatan bangun dari ketiduran malam itu, sungguh hanya ada dua kemungkin.
Pertama, Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bertaubat atas dosa-dosa di hari kemarin.
Coba deh kamu buka Alqur’an pada surah Azzumar ayat 52 – ayat 59, disana menerangkan betapa akan banyak orang-orang yang menyesal ketika hidup tidak memaksimalkan dirinya untuk menjalankan amanah menjadi seorang manusia yang beriman untuk senantiasa hidup dalam cakupan beribadah kepada Allah swt. Maka, coba periksa tiap detik kita hari ini, adakah yang kita gunakan untuk beribadah kepada Allah swt. atau malahan tiap detik itu terlewat sia-sia tanpa adanya pahala penuh kebaikan?
Kedua, Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbanyak amalan kebaikan sebagai bentuk tabungan akhirat.
Kiranya lebih baik kita jalani kedua pilihan ini berbarengan, karena tidaklah seorang manusia setelah Rasulullah saw. dapat terhindar dari dosa-dosa, kecuali yang Allah izinkan baginya.