
Sumber Foto: @kedebukuobelia (Instagram)
BAHASAHATI.COM, Medan – Narasumber Nadia Virdhani Hia (Kiri), dimoderatori Hasan Al Banna (kanan) bercakap asyik mengenai proses kreatif Nadia dalam menulis cerita anak pada Sabtu, 15 Zulhijah 1445 H bertepatan tanggal 22 Juni 2024 M.
Catatan kali ini, akan saya bagi dalam 3 bagian. Selamat membaca!
Part 1: Latar Belakang sampai tips proses kreatif penulisan cerita anak.
Hasan: Selamat datang di halaman Obelia yang sempit tapi sangat lapang oleh percakapan-percakapan yang mencerahkan kehidupan kita untuk Insya Allah. Hari ini edisi ke-16 . Ayo, cakap asik daripada asik bercakap.
Kira-kira seperti itu, ya kan? Jangan asik cakap, ayo cakap asyik, program di halaman Kede Buku Obelia yang menginspirasi ini. Hari ini kita akan berbincang. Selamat datang sahabat-sahabat keren. Halaman ini selalu punya slogan kita tidak butuh banyak orang karena biasanya hal-hal hebat lahir dari diskusi-diskusi kecil dengan orang-orang yang dianggap tidak seberapa.
Bukan berarti kita menyepelekan perkumpulan buku yang besar tapi kita punya kecenderungan bahwa hal-hal hebat dilahirkan oleh majelis-majelis yang kecil. Selamat datang Bang Nawir, mahasiswa Perbandingan Mazhab UINSU yang selalu setia bersama kami dan diam-diam setia menjadi notulen tanpa jasa profesi. Kemudian, walaupun saya tidak ingat namanya tapi jelas saya kenal kakaknya adiknya Husna, Tifatul Husna karena mereka satu dua orang kenal.
Nah, dia seharusnya kenal karena kakak Tifatul Husna di Karo sebagai penulis salah satu temannya dia. Nah, ini adiknya yang cantik ini adalah adik kakak Tifla. Sehat kakak Tifla dan suami kedua anaknya.
Baik, (hadir juga) Bang Titan Sadewo sebagai kearipan lokal Sadewa makanya ambil Sadewo dan Hang Cendekia. Ada juga penulis cerita anak Nikmah dan kawan-kawan dari duta bahasa. selamat datang dan kita akan mengundang salah satu penulis sensasional mungkin lebih banyak gaya tapi akan kita cek and recheck apakah beliau dari perspektif beliau tentang menulis cerita anak dan dengan segala kerumitannya. Dan si kecil kami, Kalia yang terus tumbuh dan besar oleh banyak hal tentang diskusi dan buku dan kami yakin ponakan kami, anak-anak adik kami yang kecil ini bakal berbeda dengan anak kecil yang tidak pernah mengikuti diskusi tidak pernah terlibat membaca dan banyak hal. Ini adalah proyek besar kami, Kalia. Selamat datang, Kalia di Obelia walaupun di rumah Kalia.
Baik, perempuan bermata sipit ini kalau tidak keliru 27 Agustus 1999, masih muda, tetapi jadwal lahirnya lebih awet ketimbang orangnya, akan kita lihat Nadia Firdani bermargah dia beri tepuk tangan yang secukupnya.
Baik, silahkan Kak Nadia selamat datang di Kede Buku Obelia. Beliau ini Duta Bahasa Sumatera Utara 2019 dan pemenang 5 Duta Bahasa tingkat nasional 2019 di tahun yang sama beliau ini adalah beliau beliau ini eh, iya kah? Master apa? Master, payah bilangnya M.A.M.A Master of Arts yang jelas baru wisuda oh, belum wisuda kandidat berarti tapi sudah sidang ya? oh, sudah sidang baik kemudian kawan-kawan saya sebenarnya lumayan menyepelekan beliau dalam artian lah kan kau sudah pernah tinggal di Jepang setahun bertukaran pelajar jurusan Bahasa Inggris muda, kuliah, sedua apalagi yang kau cari dalam hidup ini ngapain sih menurus cerita anak dan saya tahu kebetulan riwayatnya dari sahabat saya bahwa beliau ini terpaksa sebenarnya mengikuti program Menulis Cerita Anak saya akan mengulik apakah peluang dipaksa menulis itu kemudian membuat dia menjadi asik itu salah satu opsi akhirnya kita paksa semua orang menulis dan kita melihat hasilnya apakah orang-orang yang kita paksa itu bisa menikmati saya jadi teringat ketika dulu saya dipaksa sholat sama orang tua di cek, dilihat kemudian gondok dipaksa, lama-lama rupanya lentur ketemu apakah seperti itu jalannya saya akan banyak dengar kita akan mendengar bagaimana Kak Nadia menjawab itu karena sekalipun saya sering bertemu dengan beliau hal-hal kecil seperti ini luput saya tanyakan atau mungkin terlalu kecil untuk dibicarakan di tempat-tempat umum kita butuh jadwal khusus untuk mendengar.
Kak Nadia anggaplah selesai anggaplah kita setengah jam belum ngomong Kakak sudah masuk ke dunia setidaknya menulis empat cerita anak si Dau ini termasuk yang di depan saya ini anggaplah Kakak itu sebenarnya nggak niat ikut program menulis cerita anak dulunya nah kemudian dengan ketidak niatan itu anggaplah Kakak kuncinya terpaksa dan mencoba menjalani apa yang Kakak alami kemudian di tahap pertama Kak Nadia memikirkan keren ya kayak sering datang cakap asik nggak datang tiba-tiba itu yang keren-keren itu harus dilatih dia mah setidaknya mana datang tiba-tiba Kakak tidak pun tahu itu terjadi turbulensi pemikiran antara dipaksa antara ingin menikmati tapi benturannya dimana nah saya ingin mendengar sedikit bagaimana di awal ketika Kakak turbulensi apa yang Kakak alami di balai bahasa Provinsi Sumatera, silakan Kak Nadia.
Nadia: Terima kasih Bang Hasan. Assalamualaikum Wr. Wb selamat sore semuanya langsung dijawab ya apa itu turbulensi pemikiran ketika dipaksa menulis cerita anak sederhananya saya merasa cerita anak itu rumit tapi harus sederhana bagaimana membuat sesuatu yang sederhana di kepala orang dewasa itu ternyata lebih sulit daripada mengelola atau menganalisis satu artikel kalau misalnya kita terbiasa dengan membaca jurnal membaca buku yang baru-baru ini saya lakukan karena kemarin cukup fokus di tesis, bukan cuma bahasanya yang tinggi tapi kajiannya yang tinggi bagaimana kemudian bacaan bisa mempengaruhi pikiran bagaimana kemudian pikiran bisa mempengaruhi perilaku, tapi bagaimana akhirnya tulisan cerita anak ini bisa membuat anak-anak masuk ke dalam dunia itu dan itu ditulis oleh orang dewasa. Makanya saya pernah cerita nih dengan Pak Ali penulis cerita anak dan juga Prai yang menjadi mentor di tahun pertama menulis justru katanya menyederhanakan hal-hal rumit itu lebih rumit daripada menjelaskan yang rumit.
Maka yang paling sulit adalah bagaimana membuat ide itu bisa diterima oleh anak-anak karena ternyata orang-orang dewasa ini kita terlalu terbiasa dengan hal-hal yang rumit sampai sampai yang sederhana itu itu luput dari pikiran. Maka itu yang paling sulit pertama.
Bagaimana saya bukan hanya memunculkan ide tapi bagaimana ide itu bisa mengalir dan kalau kata anak zaman sekarang relate atau nyambung sama kehidupan anak kecil karena anak kecil sekarang kan beda zamannya sama saya waktu kecil saya anak pulau lagi jadi bisa jadi beda-beda nih tapi bagaimana semua itu bisa ditulis dan dituangkan ternyata lebih rumit daripada menulis atau menganalisis tulisan-tulisan orang dewasa. Mungkin lebih rumit ya kayaknya pembahasannya.
Hasan: Saya juga bingung kok jadi rumit betul. Dari Turbulensi Kemudian pasti menemukan benturan ketika menciptakan nah ini tadi kita bicara kerumitan nah kemudian tadi kakak mengatakan secara tersirat mengatakan bahwa rumitnya tapi kok rana asiknya ada ya nah saya ingin mengulik itu. Di mana apakah kakak kemudian berpikir bahwa ini menjadi asik apakah karena mungkin tujuannya atau proses kreatifnya atau apanya yang kira-kira menjadikan kakak kemudian ini rumit kalau rumit kan gampang putuskan saja. Ini rumit maksud saya tinggalkan kemudian kerjakan karena gini uniknya yang dikerjakan kakak Nadia di satu sisi dia harus mengerjakan tesis yang sangat dianggap rumit yang bertanggung jawab dia harus mengerjakan cerita anak yang mungkin menurut dia dan orang banyak tidak serumit tesis padahal secara pribadi saya mengatakan dua-duanya sama-sama rumit dengan cara kerjanya itu nah kasihkan-kasihkan apa yang kemudian Kak temukan dan kemudian membuat kakak tidak bisa memutuskan lelaki ini.
Nadia: Terima kasih, pertanyaannya seru bang. Sebelumnya saya mau cerita sedikit latar belakang saya. Saya lahir besar di Nias dan Alhamdulillah masih KTP Nias, jadi setiap libur akan pulang ke Nias dan waktu ditodong menulis cerita anak itu di tahun 2023 sebenarnya adalah proses penerjemahan sebenarnya jadi yang diminta itu naskah cerita anak dalam bahasa Nias yang akhirnya bilingual atau dua bahasa karena harus ada versi bahasa Indonesia. Harusnya berarti ditulis dalam bahasa Nias kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia tapi dalam proses menulis itu saya bisa sedikit bahasa Nias tapi untuk menuliskan itu terutama untuk anak-anak sulitnya luar biasa akhirnya saya balik lah. Tapi jangan dikasih tahu karena nanti orang Balai nya marah. Jadi saya tulis bahasa Indonesia kemudian diterjemahkan ke bahasa Nias dalam proses itu saya baru merasakan kalau ternyata banyak sekali kata-kata dalam bahasa Indonesia yang tidak ada dalam bahasa Nias dan sebaliknya banyak budaya dalam bahasa Nias yang tidak bisa diterjemahkan secara gamblang dalam bahasa Indonesia itu yang membuat saya jadi penasaran apalagi yang bisa diterjemahkan atau yang bisa saya jembatani antara budaya Nias dengan cerita anak ini karena ternyata mungkin dari pintu cerita anak ini saya bisa memperkenalkan hal-hal yang orang tidak bisa lihat selain di Nias.
Kemudian dalam proses menulis itu saya akhirnya jadi lebih dekat dengan ayah saya karena ayah saya yang akhirnya saya telepon malam-malam karena itu sudah tenggat ya tiba-tiba kayak dekat, sangat dekat cuma tidak pernah dalam konteks menulis jadi biasanya itu membahas tesis tadi biasanya membahas yang bagaimana mengolah data paham dengan hal-hal yang rumit, tapi ternyata waktu menulis cerita anak kemudian sesegera menerjemahkan bagaimana mengatakan liburan dalam bahasanya saya tidak tahu yang saya tahu libur-libur saja ternyata dalam bahasa Nias itu ada libur-libur sekolah atau liburnya membantu orang itu spesifik dan itu untuk menerjemahkan satu ya, mau main-main jadi libur main-main ini kalau abang tanya bahasa Nias kayaknya saya takut juga nih takut takut iya, iya bisa bahkan untuk mengatakan kata semangat aja kan itu sederhana ya selalu biasanya buku cerita anak ada kata semangat, itu di konsep bahasanya tidak ada jadi bagaimana akhirnya membuat cerita anak pada tahun pertama ya membuat cerita anak ini bisa saling tersambung antara cerita yang bisa diterima oleh anak-anak Indonesia dan secara bahasa dalam bahasa Nias bisa tidak merugikan karena saya istilahnya minta tolong diterjemahkan.
Dalam proses itu akhirnya saya merasa oh ternyata ini bisa jadi jembatan ada budaya-budaya Nias atau budaya-budaya yang gak bisa saya ceritakan karena tidak ditanya yang akhirnya bisa saya salurkan dalam buku cerita anak saya hapus ada peluang lain ayo atau apa atau cerita cowok mungkin gak cocok akhirnya karena kata semangat ini ya bang kenapa akhirnya ini kalau buku pertama saya nama tokohnya adalah si Aine Aine itu bahasa Nias artinya ayo mari jadi karena saya gak ketemu kata semangat. Akhirnya dan gak tau juga akhirnya setelah ini ya setelah dibedah bukunya, dimana lah harusnya meletakkan kata semangat karena itu kan kata aktif ya sementara untuk buku cerita anak tidak boleh dulu kata aktif yang dikutip, jadi saya ubah lah itu menjadi nama tokohnya. Seperti nama tokohnya itu ada gak dijelaskan di cerita namaku Aine artinya tidak tidak ada tidak ada dan mudah-mudahan dengan cakap asik ini bisa tau ya Aine itu artinya ayo mari kemudian ada kakaknya Kak Baga Baga itu bahasa Nias artinya cantik kayak gitu-gitu Bang.
Nah kemudian dari ide cerita di buku pertama dulu ya karena saya banyak sekali belajar di buku pertama ceritanya adalah judulnya cerita liburan sesederhana libur sekolah karena ini sebenarnya agak curhat ya karena saya di pulau saya jarang sekali jalan-jalan ke kota lain karena pasti kalau libur atau gak libur pasti mainannya adalah ke pantai atau dirumah saja. Maka saya sambungkan dengan makanan kesukaan saya setiap lebaran yang ternyata adalah bukan makanan khas Nias tapi saya rasa itu selalu ada di Nias gitu namanya kue mayapina namanya beda katanya di Minang namanya kue mayang pinang tapi saya gak tau gak ada juga berarti karena kalau saya bilang ini dari Nias orang Nias bilang enggak ini gak ada di Nias tapi kalau di rumah saya ada gitu ya saya kan orang Nias jadi yang saya anggap aja itu kue Nias. Maka saya sambungkan cerita liburan ada anak-anak yang harus cerita ke Lisa ya harus setelah liburan harus menceritakan liburannya terus dia di pulau aja dia ngapa-ngapain akhirnya saya sambungkan dengan ibunya yang menjual kue, dibantunya ibunya membuat kue ini tapi dalam membantu itu pun banyak sekali di bedah ya.
Kalau Abang ingat, dalam proses membantu itu anak-anak tidak boleh menggoreng tidak boleh melipat akhirnya tipis sekali yang saya dapatkan itu hanya anak-anak menghitung dan menyusun di dalam toples. Dari situ baru kelihatan nomerasinya dia menghitung dan sambil menyusun kue sambil menyusun kue rupanya tersenggol akhirnya jatuh nah tapi karena dia ini bersemangat, secara sadar dibersihkannya lah bekas yang bekas kue yang sudah jatuh balik lagi layaknya anak-anak setelah dia bersihkan pun ternyata masih ada remah-remahnya di situlah baru ketahuan jadi istilahnya dia ini mau pura-pura tidak tahu lah kenapa ini berantakan tapi ternyata ada semut semut itu membuat ramai membuat makin berantakan akhirnya ibunya tahu. Nah disitu juga saya belajar bahwa gak boleh bahkan di dalam buku kita tidak boleh memprovokasi anak-anak untuk berbohong tidak boleh untuk bahkan ibu untuk marah atau menegur juga tidak boleh lakukan kira-kira anak-anak ini kalau sudah panik ngapain oh ada anak-anak yang nangis saya buat disini dia tidak menangis di awal saya buat dia sadar oh harus dibersihkan tapi ternyata setelah dibersihkan pun belum sempurna tapi tidak mengapa karena akhirnya orang tua atau ibunya memberikan apresiasi.
Hasan: Berarti cerita anak banyak kali pantang gak?
Nadia: Memang banyak pantang cerita anak itu lebih banyak pantangnya daripada tulisan-tulisan orang dewasa.
Hasan: Nah menurut saya dengan banyak pantangnya itu apakah akhirnya itu juga membuat gak usah apakah akhirnya itu membuat membuat tingkat kesulitan semakin meninggi karena disuruh menulis yang gak ada pantang dan yang gak sanggup ini kok harus lagi menulis yang banyak pantang itu semangat.
Nadia: Banyak sekali pantangnya bahkan bukan hanya secara ide ya secara level jadi ada perjenjangan teman-teman perjenjangan buku ada A B1 B2 B3 C dan D.
Saya saya mulai di B1 karena ternyata cerita ide cerita yang saya anggap keren itu sederhana. Jadi saya mulai dari B1 dan ternyata telah diusut pantangan-pantangan itu yang membuat saya jadi merasa tertantang. Bagaimana saya membuat pantangan-pantangan ini jadi sebuah kesyukuran karena ada ini harusnya jadi saya merasa jadi ada blueprint-nya atau apa ya dalam bahasa Indonesia ada ya cetak birunya atau ada ada tuntunannya dalam menulis. Jadi lebih sulit, lebih sulit buku cerita anak banyak sekali pantangannya tidak boleh digurui, orang tua tidak boleh memberitahu.
Hasan: Tidak boleh bagaimana anak-anak secara natural melihat oh dia akan melakukan itu dalam buku cerita anak atau boleh gak dia bertanya mak itu diapain?
Nadia: Boleh tapi tergantung level cerita lagi ya ya menggurui sebenarnya kan itu menggurui juga dia bertanya kalau saya ikutin dari beberapa bintek ya sebaiknya itu bukan menggurui secara kata-kata atau secara nasihat tapi melalui perilaku itu ada di buku yang masuk GLN karena yang masuk GLN itu temanya saya bawa mitigasi bencana dia main-main ke pantai sama ayahnya terus tiba-tiba gempa apa yang harus dilakukan anak-anak ketika gempa? ini secara jujur ya bang saya tanya sama ponakan-ponakan yang ada di Mia sebenarnya kaya kalau tiba-tiba goyang apa yang kau lakukan deku? terus dia bilang nangis aku oh gak betul gak betul terus tanya lagi soalannya sebesar-besar kali ya kalau misalnya tiba-tiba ayah mamamu lari apa yang kau lakukan? teriaklah aku panggil terus kenapa gak lari? kalau disuruh lari baru aku lari katanya begitu tapi kalau misalnya udah panik kalau di Mia kan kami sudah dibiasakan kalau misalnya ada gempa jadi pernah Nadia tanya secara gemblang juga kalau misalnya tiba-tiba gempa kamu larinya kemana? kata mama gak boleh di rumah. Berarti anak-anak sudah diajarkan kalau misalnya genting gak boleh tinggal di rumah harus keluar harus keluar harus ke lapangan iya dia belum bisa menjelaskan ada plan jalur evakuasi.
Makanya itu yang saya bawa di buku DGLN ketika gempa orang tuanya lari dia juga harus lari dia harus menyelamatkan dirinya sendiri terlebih dahulu maka kan itu ada tokoh anjing jadi sesayang apapun dia sama anjingnya sesayang apapun dia sama mainannya tinggalkan dulu itu selamatkan diri sendiri gitu bang jadi bagaimana menggurui tanpa orang tua bilang lari selamatkan diri tapi dia secara sadar tahu kalau dia harus menyelamatkan dirinya dulu melalui perilaku.
Hasan: Dalam pikiran saya tadi, wah ini anggap dulu saya anggap dulu saya paling pintar ya, dalam pikiran saya tadi kan yang gak ya ya kan harus ada juga pertanyaan dalam diri anak. Misalnya lah ketika gempa datang dia panik boleh lah dia panik, asal tidak boleh menangis orang tua yang kemudian berlari bisa gak berlari sambil menggait tangannya kalau gak boleh misalnya ayo lari misalnya orang dewasa gak boleh ngomong tapi ketika orang tua kemudian menyambar tangannya berlari dan dia berlari, kira-kira kalau situasi seperti itu bagaimana?
Nadia: Kalau menurut hemat saya ya bang, yang masih pemula, Itu bisa, tapi jangan dijelaskan maksudnya secara gamblang, karena di buku cerita anak itu ada batasan kata dan kalimat. Jadi sangat sayang kalau misalnya dijelaskan “ayah menarik tangan anaknya atau menarik tangan Dano ketika gempa terjadi” maka di buku cerita anak teman-teman yang paling menarik juga adalah bagaimana kita membuat ilustrasi. Di situ baru saya juga banyak nih bermain di ilustrasi. Kalau ternyata harusnya kata-kata itu bukan menjelaskan gambar tapi memperkaya gambar dan sebaliknya.
Hasan: gambar harus bisa mengakomodir keinginan yang teksnya gak ada ya
Nadia: Betul. bagaimana caranya kata-kata itu tidak disebutkan tapi bisa dipahami secara gambar cocok ya sama tema hari ini.
Hasan: Baik kak Nadia. Apakah saya pikir, paling tidak kita membuat membantu kawan-kawan atau membantu kita semua membuat membangun anasir anasir atau anasir ya kalau anasir kawan saya sih nasir, memenebalkan dengan stabil bahwa “oh iya pada akhirnya harus punya dua kemampuan B O N G iya kan” Dua kemampuan apa kalau melulu dia kita anggap khatam soal teks tapi gak tahu gak mau tahu dengan gambar dia gak bisa mempunyai peluang lain untuk menyiasati pantangan-pantangan tadi kan gitu nah saya pikir ini menjadi seni dalam tanda penting ya seni baru kalau kita kan menulis aja kita teks mau pusing kita andaipun gambar itu ada di kepala kita misalkan pun itu tidak akan tidak akan untuk hadir dalam kepala kita. Saya jadi berpikir tadi kak Nadia mengatakan sayang teks itu dikeluarkan halaman sempit itu diisi dengan teks yang seharusnya bisa diakomodir atau disiasati lewat gambar.
Jadi gini kak Titan, sebagai munisi puisi saat ini puisi-puisi gak bisa dikatakan kak Titan cara kerja puisi juga ya bonsai, bagaimana kita menyiasati otak puisi itu dan orang menganggapnya alah ini puisi padahal disitu sebenarnya kalau kerjakan secara gambar bisa juara halaman juga satu puisi itu maksud saya.
Nah apakah seni itu kemudian harus dan bisa dikatakan wajib diperlukan oleh seorang penulis cerita anak bergambar setidaknya kak Nadia, kemampuan untuk menyiasati ini teks teks itu boleh hadir di kepalamu tapi ketika ketika dia gak bisa dia gak terakomodir atau sayang untuk mengurangi jatah halaman, mending geser ke gambar itu, gimana polanya menurut kak bisa dijelaskan?
Nadia: baik boleh dengan studi kasus kalau bisa. Sangat penting gambar untuk cerita buku cerita anak bergambar maksud saya itu ilustrasi deskripsi itu biasanya lebih panjang daripada tulisannya. Kalau karena saya di B1 ya yang saya hafal adalah kalau tulisan untuk buku anak itu satu kalimat maksimal cuma lima kata. “Nadia anak yang rajin”, sementara saya mau menunjukkan dia rajinnya apa di bawahnya kak buku menulis kak dia bangun sholat dia bangun subuh, itu semuanya adalah kerumitan yang saya katakan di awal. Bagaimana membuat itu sederhana? Nah untuk menerjemahkan itu saya pakai ilustrasi deskripsi.
Jadi deskripsi biasanya akan jauh-jauh lebih panjang daripada kata-katanya karena kalimatnya paling banyak lima sampai hanya lima kata dalam satu kalimat dan hanya boleh tiga kalimat iya dan hanya boleh tiga kalimat dalam satu halaman jadi bayangkan hanya ada maksimal lima belas kata dalam satu lembar sementara saya mau menjelaskan banyak. Ayahnya baik, ayahnya ganteng, ayahnya luar biasa idolanya, bagaimana mengatakan itu ayahnya adalah seorang nelayan daripada mengatakan bahwa ayah ayahku seorang nelayan ya bawa aja ayahnya bawa padahal dia mau bilang bisa diwakili bisa diwakili ayahku laki-laki hebat jadi kita jadi nelayan kemudian membawa ikan membawa jaring kemudian bisa kita nah itu semua harus dideskripsikan sebaik-baiknya makanya deskripsi yang detail lebih sulit sebenarnya bagaimana mengakomodasi si deskripsi dan juga tulisan itu sangat sulit di awal-awal teman-teman.
Nah untuk teman-teman yang mau menulis mungkin tips dari saya mungkin ya bang, biar gak lompat. Kalau di deskripsi biasanya kita akan bermain dengan hal-hal fisik besar, kecil tunjukkan saja di dalam deskripsi, jangan di teks. Biasanya saya mainkan di teks itu perasaan saya senang karena di dalam di dalam deskripsi ilustrasi, sulit mendeskripsikan perasaan. Kecuali, memang kita sudah buat buat tokohnya itu memang dia anaknya periang jadi tidak usah lagi dijelaskan dari awal buat dia sering tertawa, tersenyum.
Hasan: “Dia sedih” itu yang sulit di teks itu yang sulit di deskripsi, oke saya buat di teks dia sedih kemudian di deskripsi di deskripsi perasaan ini di deskripsi tidak dijelaskan secara fisik ketimbang wajahnya wajahnya musuh berkerut ya mending dipilih dia sedih mendingan itu pindah ke deskripsi benar dibuat wajahnya berkerut?
Nadia: Wajahnya berkerut air matanya terurai-urai rambutnya berantakan mainannya berantakan itu semua masuk ke dalam deskripsi ilustrasi bagaimana menciutkan menciutkan kalimatnya supaya yang dibaca anak-anak tetap sederhana tapi gambarnya bisa mewakili tadi abang minta studi kasus kan.
Nantikan kelanjutannya hanya di bahasahati.com . Nyalakan notifikasi!