Defenisi Lillah

Avatar photo
Reading Time: 2 minutes

Prolog: Kenapa akhir dari semuanya hanya karenaNya?


Ketahuilah!

Dirimu bukanlah dirimu!

Tiada kepemilikikan kamu atas raga dan jiwa. Tiap raga akan kembali kepada sumber daya penciptaan yaitu tanah. Akan tetapi, jiwamu tidak demikian. Mereka menetap ditempat yang bisa begitu gelap, namun bisa juga menetap di ruang penuh cahaya.

Siapa kamu yang begitu bersikukuh mengharapkan keabadian? Secara sadar atau tidak sadar itu terlihat dari gelagatmu.

Sungguh, Fir’aun yang telah mengaku dirinya sebagai Tuhan pun akhirnya menyesal. Dia sebenarnya tahu bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan sebagai Tuhan. Tapi dirinya terlanjur dipenuhi kesombongan, terlalu malu mengakui kesalahan yang jelas salahnya.

Hingga kematian menjemput Fir’aun, dia tetap mati dalam kesombongan. Tidakkah kamu mengambil pelajaran dari kisahnya?

Yang demikian itu harusnya kamu dapat mengambil pelajaran.

Ketahuilah!

Kesombongan adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

Adapun kebenaran adalah yang berasal dari Tuhanmu. Bukan ‘hanya’ yang berkesesuaian dengan logikamu.

Ketahuilah!

Yang menghancurkan diri dan jiwamu pertama kali ialah karena perbuatan kamu sendiri. Ragamu meminta di istirahatkan, namun kamu memaksakannya hanya karena kamu yang menunda pekerjaan hari kemarin. Jiwamu meminta di tenangkan, namun kamu memilih menjumpai seseorang yang kamu sendiri tahu bahwa ini pun merupakan kesalahan.

Semua itu karena kamu tidak mengandalkanNya.

Tidakkah kamu mengerti makna kalimat ta’awuz?

A’udzubillahi minas syaithaanirrajim yang artinya Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Kepada siapa kamu berlindung dari kejahatan syaitan? Adalah kepada Allah. Sungguh tiada kekuatanmu untuk sanggub melawan syaitan. Karena hanya Allah-lah yang memiliki kemampuan untuk mengalahkan syaitan.

Demikian seharusnya kamu menjadi sadar, bahwa petunjukNya yang mengatakan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepadaNya, merupakan isyarat bahwa kamu sungguh lemah dan butuh perlindunganNya.


Epilog: Karena ilmu dan iman, aku menjadi kuat.