Prolog: Ritualku urusanku, ritualmu urusanmu.
Jangankan untuk melihat dunia lebih jauh
Duniaku saja kau anggap sampah berlalu
Meski terasa sangat pilu perkataanmu
Tiada kebencianku terbesit dalam hati padamu
Aku harap kau sabar menunggu
Pasti akan datang untukmu
HidayahNya yang bukan hanya aku,
tapi kami berharap untukmu dihadirkan
Perasaan gundah yang itu
Aku pikir itu bukan kebencian
Bukan pula kemarahan
Apalagi kerinduan sesaat
Seperti sungai kotor yang kita caci bersama kala itu
Semoga aku dan kamu dapat membayangkan surga yang sama
Memikirkan keindahan atas balasan kesabaran
Dunia dan akhirat kita, semoga tidak berbeda
Epilog: Betapa aku mencintaimu walau harus membersamai kebencian, dahulu kala itu.