Mungkin Hanya Mungkin

Avatar photo
Reading Time: 2 minutes

Prolog: Aku adalah masa lalu, kamu adalah masa kini, dan dia adalah masa depan.


Bagaimana cara aku menjelasakan tentang semuanya. Yang aku adalah masa lalu, yang kamu adalah masa kini, dan yang dia adalah masa depan.

Ketahuilah, maka ketahuilah!

Masa lalu biarlah berlalu, tak akan ada yang mampu mengubahnya. Biarkan aku menjadi sosok yang telah tertiadakan oleh waktu. Kesia-siaanlah untuk kamu, bilamana begitu pentingnya mengetahui masa laluku.

Aku adalah aku, tidak akan berubah dengan menceritakan tiap detail yang telah berlalu. Jikalau kamu tetap memaksa, kamu bukan lagi menjadi kamu. Sedikit banyaknya, kamu akan senang, membenci, bahkan mencinta dengan aku yang telah tiada ini. Mungkin akan baik jika kamu dapat mengambil hikmah, namun jika tidak, bersedihlah aku. Betapa menyedihkannya aku telah mengahabiskan waktumu dan cerita itu telah mengubahmu. Benci jadi cinta, cinta jadi benci.

Cukuplah aku yang telah tertiadakan oleh waktu.

Celakalah, maka celakalah!

Kamu adalah masa kini. Dengan semua sebab yang telah kamu lakukan di masa lalu. Cukuplah kamu jalani hari ini dengan bersyukur, tiadakan rasa sedih yang meniadakan kesyukuran.

Jika sulit, mulailah dengan bersabar. Kamu yang sekarang hanya perlu terus melangkah kedepan. Ada yang dapat kamu kuasai dan juga ada yang tidak. Lebih lanjut aku jelaskan, kamu adalah hasil panen dari apa yang telah kamu tanam di masa lalu.

Bersedilah secukupnya, bergembiralah secukupnya. Karena begitulah Tuhanmu menyandingkan kemewahan dengan kecukupan. Jika terdapat kesalahan yang kamu lakukan, cukup kamu jalani hari ini dengan tidak melakukan kesalahan yang sama. Dan jika terdapat kesalahan orang lain yang menimpamu, cukupkanlah dengan memaafkan.

Sabarlah. Ridholah. Lalu syukurilah.

Cukupkanlah siklus ini sebagai senjata kamu menghadapi kehidupan dunia.

Bersedihlah, maka bersedihlah!

Dia adalah masa depan. Tiada mungkin kamu mengetahui apa yang akan terjadi. Waktu tidak meniadakanmu, tapi kamu yang salah paham dengan sifat waktu. Lagi dan akan terus lagi aku tekankan, cukupkanlah.

Cukupkanlah kamu dengan berdamai dengan masa lalu. Cukupkanlah kamu dengan yang telah didapati di masa kini. Biarlah masa depan datang dengan sendirinya.

Kuasai yang dapat kamu kuasai. Tidak dengan ketidaktahuan tentang masa depan.

Aku adalah sebab, kamu adalah akibat, dan dia biarlah datang dengan sendirinya.


Epilog: Bukan berarti ketiadaan itu membuat kamu membiarkan diri diselimuti dosa.