BAHASAHATI.COM, Medan – Pada Ahad, 21 Safar 1446 H / 25 Agustus 2024 M, Kede Buku Obelia menjadi tempat berlangsungnya acara “Cakap Asyik Edisi 18” yang menghadirkan Athira Ibna Andhika, seorang siswi kelas 8 di SMP Az-Zakiyah Islamic Leadership Medan, sebagai narasumber. Athira yang juga seorang penulis puisi dan ilustrator muda, berbagi kisahnya dalam menekuni dunia literasi dan seni, dipandu oleh Hasan Al-Banna sebagai moderator.
Awal Mula Ketertarikan pada Membaca dan Menulis
Athira mengisahkan bahwa minatnya pada literasi dimulai sejak kecil, berkat dorongan dari orang tuanya yang sering memberikannya buku bacaan. Ia mengaku, “Dari kecil sudah diberikan buku-buku seperti komik dan buku mewarnai. Itu yang membuat saya suka membaca.” Athira menyebutkan bahwa ketertarikannya awalnya dipicu oleh warna dan gambar dalam buku-buku tersebut, yang kemudian berkembang menjadi kecintaan terhadap cerita-cerita fiksi.
Hasan Al-Banna menggali lebih jauh tentang momen-momen yang diingat Athira dari masa kecilnya. Athira mengingat dengan jelas cerita-cerita dari majalah anak-anak seperti Bobo, terutama kisah peri dan kurcaci, Oky dan Nirmala. Buku-buku seperti inilah yang menjadi jembatan bagi Athira untuk mulai memahami dan menyukai membaca.
Perjalanan dalam Dunia Menulis
Selain menggambar, Athira mulai menulis sejak duduk di bangku kelas 3 SD. Awalnya, ia menggabungkan keterampilan menggambar dan menulis dengan membuat cerita berdasarkan ilustrasi yang ia buat sendiri. Namun, ia baru mulai menulis puisi saat kelas 1 SMP. Athira menyadari bahwa puisi bisa menjadi sarana untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman pribadinya, meski pada awalnya ia merasa malu dengan puisi-puisinya yang dibaca orang lain.
Ia berbagi cerita tentang bagaimana gurunya, Mr. Titan, mendorongnya untuk menulis lebih banyak puisi dan mengirimkannya ke media. “Puisi pertama saya berjudul ‘Gugur’, dan Mr. Titan meminta saya menunjukkan puisi-puisi lainnya. Ternyata, Mr. Titan suka dan meminta saya mengirimkannya ke media. Jujur, saya malu karena orang-orang akan membaca perasaan saya,” ungkap Athira dengan jujur.
Pengaruh Keluarga dan Eksplorasi Seni
Athira juga berbicara tentang pengaruh keluarga dalam minatnya terhadap literasi dan seni. Meskipun tidak pernah dipaksa untuk mengikuti lomba, ia dan sepupunya sering mengadakan lomba kecil-kecilan di rumah yang diadakan di rumah. Hal ini yang memotivasi Athira untuk terus menggambar dan menulis. “Menggambar bagi saya sebagai pelampiasan emosi,” kata Athira. Dia menemukan bahwa menulis dan menggambar adalah cara untuk mengekspresikan perasaannya.
Manfaat Membaca dan Menulis
Saat ditanya tentang manfaat membaca cerita fiksi, Athira menekankan pentingnya kreativitas dan kemampuan mengekspresikan emosi. Menulis dan menggambar, bagi Athira, adalah bentuk pelarian dari emosi yang ia rasakan dan alat untuk mengeksplorasi kreativitasnya.
Penutup
Acara ini diakhiri dengan pesan inspiratif dari Athira yang menyatakan bahwa ia akan terus menulis dan menggambar sebagai bentuk ekspresi diri serta mengajak teman-temannya untuk bersama-sama melakukannya. Diskusi tersebut memberikan wawasan bahwa minat pada literasi dan seni bisa ditumbuhkan sejak dini melalui dukungan keluarga dan lingkungan yang kondusif. Athira Ibna Andhika adalah contoh nyata bahwa bakat dan minat dapat berkembang pesat jika diberikan ruang dan dukungan yang tepat.