SEMINAR GRAMEDIA X PERPUSDA: BINCANG BUKU BERSAMA EKA DALANTA

Avatar photo
Reading Time: 7 minutes

BAHASAHATI.COM, MEDAN – “… membaca buku melatih kita untuk konsentrasi, kita butuh ruang sendiri untuk melatih diri agar bisa fokus dan memahami sesuatu dengan cara mendalam.“ ungkap Eka Dalanta, Duta Baca Karo dan Pengurus Komunitas Ngobrol Buku dalam kegiatan Seminar Gramedia X PERPUSDA: Bincang Buku Bersama Eka Dalanta pada Kamis, 07 Syakban 1446 H / 06 Januari 2025 M  bertempat di Gramedia Gajah Mada Medan.

Kata Sambutan sekaligus membuka seminar oleh Sekretaris Dinas Provinsi Perpustakaan Daerah dan Arsip Sumatera Utara Drs. Alpian Hutauruk, M.Pd, sebagai berikut ini:

Hari ini, membaca agak asing dan terasa egosentris, terutama di kalangan remaja. Kalau (saya) dulu masa remaja, orang senyum-senyum karena pegang buku, tapi sekarang, tidak ya, semua pegang HP. Sebetulnya, kita punya rasa ingin tahu yang tinggi, pertama pasti ia bertanya pada orang terdekat, misalnya Ibu, dan pegangan seorang Ibu adalah buku. Perintah Iqra’ tadi adalah dasar kita juga ya. Walaupun bukan hanya buku, tapi pengalaman empiris. Dalam kesempatan ini adalah bincang-bincang buku. Jadi, judul acara kita ini diganti saja jadi Lesehan Buku. Kalau yang datang ke Gramedia sudah sepi, berarti sudah tanda-tanda (?).

Kita senang. Begitu juga dengan Perpustakaan. Saya pribadi masih memilih buku cetak, alasan mata, dan tidak modal internet. Cuman tantangannya satu saja, cuman kantuk. Tapi kalau kita pakai hp, tantangannya banyak, tujuannya mau baca buku tapi ada godaan notifikasi. Saya paham, memang tidak mudah untuk fokus. Saya kemarin menyampaikan bahwa modal kita adalah sabar dan fokus. Maka kembalilah kepada buku. Gramedia menjadi indikator kalau buku itu banyak disukai. Setahu saya, daya baca hari ini 30 menit, tapi saya rasa yang di hadapan saya ini tahan membaca selama 5 jam.

Sesi seminal oleh Eka Dalanta: Arti Buku Bagi Anak Muda.

Tema ini, untuk mengampanyekan minat banyak kepada anak-anak muda. Seperti apa yang di sampaikan Pak Alfian, anak muda mudah ter distraksi.

Apa sebetulnya manfaat membaca buku?

Kalau membaca buku dari pengalamanku tentu punya banyak sekali manfaat, membaca buku menjadi tidak mudah percaya dari apa yang didapat, kita melatih kritis, mengumpulkan pengetahuan, misal otak kita bagai lemari, mungkin di dalamnya banyak kotak-kotak yang akan kita buku, kita akan skeptis dan mengeluarkannya secara kritis dan komprehensif.

Mengapa anak muda harus membaca buku padahal di masa sekarang?

Kenapa perlu membaca buku, kalau menurutku, ya, tadi sudah kita rasakan manfaat dari membaca buku. Membentuk dirinya menjadi lebih baik. Informasi digital itu kan sepotong dan tidak menyeluruh, dan membaca buku melatih kita untuk konsentrasi, kita butuh ruang sendiri untuk melatih diri agar bisa fokus dan memahami sesuatu dengan cara mendalam, informasi sepotong itu tidak akan kita bisa simpulkan secara sepotong dan tidak utuh. Kita dengan banyak dampak sosial media misal brain rot dan popcorn brain. Maka aku ketika membaca buku, gawai harus di nonaktifkan atau mode getar pada gawai. Aku pernah di momen konsentrasi yang berubah, maka membaca buku melatihku untuk mengontrol itu.

Untuk anak muda, Indonesia itu kan dari data kita mengalami bonus demografi, usia produktif, ini menguntungkan Indonesia, maka orang-orang di dalamnya perlu bermodalkan literat yaitu mau terus mengembangkan dirinya, dan membaca buku adalah jawabannya. Kalau tidak, bonus demografi ini akan menjadi ancaman. Anak muda yang tidak kecakapan ini kan menjadi beban dan tantangan bagi negara. Karena tidak punya kompetensi akan membuka jalan kejahatan.

Sejak kapan Mbak Eka membaca buku dan kapan waktu membaca yang mbak punya?

Kita dari kecil sudah diwajibkan membaca buku, tapi kenapa saat besar tidak bertahan kebiasaan itu, boleh jadi membaca bukunya karena dipaksa. Masyarakat Medan, sepertinya perawatannya kurang.

Ingatanku, sebelum masuk SD, sudah mulai membaca dan belajar huruf oleh tetangga yang baik. Tapi kalau di tanya mulai mencintai membaca adalah tumbuh dari lingkungan keluarga. Orang tuaku memberikan kesempatan untuk membaca, khususnya bapak. Ia membaca buku bacaan ke rumah. Tidak memerintahkan aku membaca dengan paksaan. Tapi bapak duduk dan membaca buku, koran, maka aku mengikuti kebiasaan bapakku, waktu kecil saat kita meniru kebisaan orang besar itu keren. Sampai ada satu buku yang membuatku merasa punya teman, yang mengajakku kepada dunianya. Lalu aku mulai menyisihkan uangku untuk membeli buku bekas. Dan nenekku punya kebiasaan yang suka membacakan dongeng. Ia tidak membacakan buku tapi menceritakan secara lisan perihal dongeng dan cerita rakyat Karo. Ini membangun ketertarikanku terhadap buku. Sampai aku bersyukur ketemu guru bahasa Indonesia yang menyenangkan selama sekolah. Keberadaan perpustakaan sekolah dan desa membantuku kala itu. Jadi, akses ini juga penting.

Apa masukan untuk para orang tua atau pun masih calon?

Untuk menumbuhkan minat baca, itu di bangun sejak dini. Kalau dulu ada tradisi tutur dan lisan, kini tidak sekuat dulu. Jadi membiasakan buku cerita kepada anak itu sangat penting. Kebiasaan ini menjadi contoh yang tidak hanya sekadar cerita tapi memperlihatkan contoh bahwa orang tuanya membaca buku.

Apa dampak yang mbak rasakan dari membaca buku?

Tentunya apa yang membentuk diriku sekarang adalah karena membaca buku. Untuk menjadi penulis, kita harus punya perbendaharaan kosa kata, pengetahuan, informasi, itu membentuk diriku yang sekarang.

Ada tidak buku yang bisa kakak rekomendasikan untuk anak muda?

Aku agak susah ya, banyak buku bagus, tapi kata kuncinya adalah cari buku yang kamu suka. Katakanlah aku suka membaca buku Harry Potter sampai 3 kali, karya Eka Kurniawan Cantik Itu Luka berkali-kali. Jadi temukan dan berkenalanlah satu buku, nantinya akan ketemu buku yang lain.

Bagaimana tanggapan Mbak soal orang yang harus ada gambar di dalam buku?

Bebas saja ya, tidak ada ketentuan harus bergambar, yang penting tidak saling menghakimi bacaan orang lain. Ada memang orang yang tipenya visual.

Aku enggak berhenti di satu jenis bacaan, ini boleh saya untuk mengakrabkan diri dengan buku, tapi kita harus baca genre yang lebih luas untuk memperkaya diri. Aku suka fiksi dan sastra, tapi aku membaca buku yang lain, buku pengembangan diri atau genre horor, karena ternyata aku jadi mengerti alasan kenapa ini penting untuk di baca.

Bagaimana akses untuk mendapatkan buku bermutu?

Tentu banyak hal. Gramedia, kalau kamu tahan membaca buku sambil berdiri, silakan saja. Perpustakaan juga memberikan akses untuk mendapatkan buku. Mungkin perlu kita sisihkan uang bulanan untuk membeli buku, baik cetak dan digital. Aplikasi Permata dan Ipusnas juga membantu kita.

Sesi Diskusi:

Alda: Saya dari Obelia ,penerbit indie di kota Medan. Bagaimana hubungan anak muda dan buku Sastra? Tolong sebutkan 3 buku untuk anak muda sekarang wajib baca?

Sastra dan anak muda. Dari komunitas Ngobrol Buku sangat berkonsentrasi untuk memperkenalkan sastra ke anak-anak muda. Karena ada kesan kalau sastra itu berat dan pusing, akhirnya hanya memilih bacaan buku pop saja. Padahal tidak. Ngobrol Buku hadir untuk membicarakan dan memperkenalkan agar buku sastra tahu alasan karya ini menarik. Kegiatan kami ada luring, berapa pun yang datang, kami yakin akan menularkan informasi dari setiap buku yang di ngobrolin.

Lalu, 3 buku yang kalau tidak dibaca akan nyesal, menurutku fiksi fantasi Harry Potter setelah membacanya seakan merasa kehilangan teman, karya sastra misalnya Seno Gumira Ajidarma penulis favoritku lewat kumpulan cerpen berjudul Iblis Tidak Pernah Mati, lalu penulis perempuan Ayu Utami dengan karyanya Saman.

Hasna dari UINSU: Bagaimana buku bisa membantu anak muda untuk menghadapi masa depan? Semasa kuliah saya jarang baca ketimbang SMA dulu.

Sebuah langkah baik ya, dahulu sudah punya kebiasaan, dan kini masih punya kesadaran serta berpikir bahwa “aku harus banyak membaca”. Mungkin kamu jadi kurang membaca karena aktivitas kuliah, makanya coba cari buku yang membantumu dalam memenuhi keterampilan dan kebutuhan. Cari manfaatnya agar mendorong kebisaan membaca.

Hakiki: Beberapa hari yang lalu ada yang menarik kalau Negara Swedia kembali membaca buku cetak dari sebelumnya digital. Juga kita lihat Presiden kita memosting kalau sedang singgah membeli buku. Kata kak Eka tadi kalau keluarga, bagaimana dengan pihak luar, komunitas dan negara?

Bang Hakiki ini pertanyaannya soal negara ya, hehe. Bahwa peran negara lewat kebijakannya perlu hadir untuk memberikan akses ke semua pihal pada buku berkualitas. Apakah pajak terhadap buku diturunkan, kita menantikan solusi untuk kita. Lalu peran komunitas, membantu saya untuk termotivasi untuk terus membaca buku. Ada yang bilang kalau lingkungan yang buruk akan merusak kebiasaan baik. Maka perlu hadir di lingkungan yang juga membaca buku. Hal ini mendorong saya untuk terus membaca buku. Datang ke komunitas untuk membagikan hasil pembacaan buku.

Cei, dari UINSU: Tadi dibahas tentang buku berkualitas, bagaimana cara untuk tahu memilihnya?

Pak Alpian: Kita harus tahu kemampuan membaca kita, semua orang tidak sama. Saya, dahulu memulainya dengan membaca komik, novel lalu sastra. Juga Koran memberikan kebiasaan membaca. Untuk itu, lihat minat kita dan cari buku berkenaan dengannya. Pengertian bermutu itu sesuai kebutuhan dan berhubungan.

Kak Eka: Seperti yang sudah di sampaikan pak Alfian, buku berkualitas adalah yang memberikan manfaat untuk pembacanya. Mengajak kita berpikir dan berempati. Perasaan-pikiran yang hadir setelah membaca setiap buku. Tentunya kita membaca buku yang bukan bajakan. Kerja intelektual haruslah kita hargai dalam prosesnya.

Riski dari Sumut Mengajar: Tadi sudah disampaikan dan tolong di pertajam, soal memulai bacaan buku harus dimulai dari yang disukai tapi lama-kelamaan mengalami kebosanan juga. Bagaimana saran kakak soal ini agar pembacaan kami berkelanjutan?

Sudah keren, dari cari buku yang disuka, masukan dari saya, kadang kita harus paksa diri kita, ketika kita ingin masuk tahap ahli, kita harus masuk dan terbentuk lewat latihan. Minimal 10.000 jam. Jadi, solusinya perlu kedisiplinan, kita atur waktu, katakan 10 menit sehari atau jumlah halaman buku.

Tanggapan dari Nawir: coba teknis belajar Imam Al Farabi: bahasa, logika dan filsafat. Aku tambahkan membaca komik.

Nisa: Saya pernah mendengar ungkapan “Apa yang kamu baca menunjukkan pribadi kamu.” Saya suka gender thriller apakah itu membuat saya jadi seorang psikopat atau juga saya dengar kalau membaca romantis itu membuat diri jadi lembek, benarkah seperti itu?

Maksud membentuk diri kita itu pada pengetahuan dan ilmu. Romantis itu melatih kita untuk memberikan sisi romantis dan lembut, kita perlu bacaan yang seimbang. Mungkin kamu tertarik pada ledakan konflik bukan menjadikan kamu psikopat, tapi agar emosi kamu seimbang baca juga buku gender yang lain, jangan batasi, agar lebih kaya dan punya banyak wawasan.