Epilog: Setelah menjadi debu, angin membawaku dengan harapan agar tabah.
Bagaimana perjalanan pekan ini, temanku?
Lebih baik dari pekan kemarin atau malahan lebih buruk? Semoga hanya kebaikan-kebaikan ya. Sekalipun ada kesalahan, lagi aku sampaikan bahwa semoga kamu berlapang hati dan mau menerima pembelajaran atau pun hikmah.
Pada suatu hari nanti, pasti akan ada masa dimana kamu mensyukuri tiap langkah kesalahan. Darinya kamu menjadi lebih kuat, lebih lapang dada, lebih mengerti kenapa Allah menghadirkan kegagalan dalam hidupmu. Iya, pada suatu hari nanti. Tidak perlu sekarang kamu tahu jawabannya.
Berlinang air matamu yang kala itu hanya ada kebahagiaan. Yang padahal, dahulu kamu menghina-hina, dari Tuhan hingga debu dihadapan.
Kini kamu hanya perlu mengerti, bahwa kebenaran hanya datang dari Allah dan yang salah datang dari Iblis. Ketahuilah bahwa dahulu Iblis hancur karena kesombongan. Iblis menolak kebenaran bahwa mahkluk yang sempurna adalah Adam yang merupakan manusia dan Iblis yang meremehkan penciptaan Adam yang tercipta dari tanah sedangkan dia dari api.
Oh iya, kata api pada judul tulisan ini bermakna “kesalahan” ya. Kebanyakan dari kita yang telah bertaubat atau yang mau bertaubat, terjebak dalam bayang-bayang kesalahan di masa yang lalu. Padahal, hadirnya kesalahan itu bukanlah mutlak menjadi titik akhir kehidupan. Ketahuialah bahwa hidup di dunia dan memilih menjadi manusia yang beriman kepada Allah pun akan mendapat ujian atas keimanannya.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” (Al-Ankabut: 2)
Ahli ilmu mengatakan bahwa merubah kebiasaan yang sudah lama melekat dalam hati, sungguh berat untuk berubah, butuh pertolongan Allah yang memiliki hati kita, apalagi kebiasaannya adalah sombong.
Epilog: Mungkin ini hanyalah perkara waktu, tapi janganlah kamu menunggu waktu pagi jika keinginan berubah sudah hadir saat waktu sore, begitu juga sebaliknya.