Prolog: Kedepannya pasti akan lebih mudah, dalam cerita kesunyian pasti akan lebih baik dari pada bersama bahagia tapi menyakiti di masa depan.
Dunia yang ada di dalam kepala mereka yang saling mencinta tanpa arah, atau pun terarah tapi secara kasatmata tetaplah terhukum salah. “Biarlah kami yang berjalan seiring waktu, biar kami yang terseret terlalu” tuturmu membela. Ketahuilah bahwa “Duniaku runtuh tepat waktu” tuturku memperingatkan.
Aku bersyukur telah mengetahui bahwa dunia yang ada di kepala ternyata tidak sesempit itu, semua terbuka luas ketika aliran waktu membawaku pada satu momentum yang aku bersyukur hati ini melembut untuk menabrak pemikiran yang salah. Adalah ketika aku mengikuti kajian Kitab Riyaadhush Shaalihin yang ditulis oleh Imam Nawawi Rahimahullah disampaikan oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Hafizhahullah via streaming app Youtobe.
Sekitar 7 bulan lalu, bermula dari pembahasan pada “BAB 33 | Bersikap lembut kepada anak yatim, anak-anak perempuan, orang-orang lemah, miskin, patah hati, serta berbuat baik, menyayangi, rendah hati, & bersikap sopan terhadap mereka”. Dari bab ini aku mendapat pemahaman bahwa sebegitu “rapuhnya” perempuan, maksud rapuh itu yaitu sosok perempuan haruslah disikapi dengan sangat profesional, tidak bisa setengah-setangah.
Lalu masuk pembahasan “Bab 34 | Wasiat berbuat baik kepada wanita”. Dalam bab ini kita para lelaki yang mendapat peran menjadi seorang suami diminta menjadikan perempuan sebenar-benarnya permaisuri di istana. Maksudnya ialah wanita sebagai istri bukanlah dijadikan selayaknya “budak”, melainkan seorang ratu yang harus kita jaga dari segala sisinya.
Lalu masuk pembahasan “Bab 35 | Hak Suami Atas Istri”. Lagi-lagi yang dijelaskan Imam Nawawi ialah tugas suami terhadap istri bukan suami yang menuntut istri.
Pasti kamu yang sedang atau ingin menjadi suami bertanya “Jadi selama ini bahwa menjadikan istri “budak” rumahan; kasur, dapur, sumur itu salah dong?” tuturmu yang kebingungan. Untuk lebih jelasnya tentu kamu harus dengar langsung bagaimana isi kajiannya. Tapi jawaban dari aku yang telah mengikuti 3 bab itu berkesimpulan “Bukan hanya istri yang diharuskan melayani suami. Tapi Suami pun berkewajiban untuk memelihara istri dari segala aspek kehidupan; baik batin dan raga. Terutama prihal batin, suami wajib mengajari istri prilhal keilmuan; apapun itu. Lalu raga? aku yakin itu lebih mudah untuk memenuhinya dari pada nafkah batin.
Lebih lengkapnya kamu lanjutkan kajianmu pada pembahasan “Bab 36 | Menafkahi Keluarga”. Kamu akan menemukan jawaban kenapa aku bisa sampai berkesimpulan seperti diatas.
Berikut link kajian via Youtobe bagi kamu yang tinggal diluar Jakarta Selatan: Muhammad Nuzul Dzikri – YouTube
Mohon doanya, semoga aku bisa ikut kajian offline yang beliau adakan di Mesjid Nurul Iman M Blok. Karena mau bagaimana pun, kajian offline euforianya sangat berbeda dengan kajian online. Kalau tidak percaya, kamu tanyakan deh kepada mereka yang suka nonton bola di stadion, heheh~
Epilog: Aku mau bersamamu hingga akhirat, tolong bantu aku agar keluarga kita tetap erat.
#Day25 #BaruTau #30HariBercerita #CeritaRunnerLPC
Seandainya semua lelaki di dunia ini paham apa kewajibannya sebagai suami, tentulah bidadari surga itu turun ke rumah tangganya.