Prolog: Jangan takut melihat mereka yang lagi-lagi mendapatkan kemenangan. Besok mungkin giliran kamu yang mencapainya. Biarlah usaha dan doa membersamai aliran waktumu.
Cukup dirimu yang tahu jalannya. Beberapa hal memang tidak perlu kamu beritahu orang-orang tentang apa saja yang menjadi tujuan. Tetapi hal-hal yang menjadi sarana terwujudnya tujuan, mungkin ini masih boleh kamu bagikan. Karena bisa jadi, akan ada orang-orang yang dapat membantu kamu untuk melakukannya.
Saat semua orang berjuang untuk kemenangan, biarlah kamu juga berjuang untuk kekalahan. Karena keduanya memang buah dari perjuangan. Yang membuat resah, adalah kamu yang termakan ekspektasi satu sisi.
Jangan mengandalkan diri sendiri. Terlepas dari apa yang kamu percayai, kamu tidak dapat melakukan sesuatu sendirian. Jika kamu adalah orang yang beragama, maka biarlah ajaran agama menjadi baju dan peralatan perang. Meski itu berat, setidaknya hal itu dapat menjadi pelindung pertama dari anak panah yang datang diluar jangkauan indramu.
Begitupun kamu yang memiliki seorang teman. Biarlah mereka yang melindungimu dari musuh-musug dibelakang tubuhmu. Mereka juga yang akan merawat luka-lukamu, dan mungkin akan meneruskan perjuangan.
Antara kemenangan dan kekalahan, keduanya sama-sama dapat memberikan dampak kebaikan dan keburukan. Kemenangan akan menjadi baik ketika itu menjadikan kamu lebih banyak berjuang, bukan malahan berpuas akan diri. Kebanyakan dari mereka yang mencapai kemenangan hancur dimakan rasa puas. Maka begitu juga sebaliknya, kekalahan akan menjadi baik ketika itu menjadikan kamu lebih banyak berjuang, bukan malahan kecewa akan diri.
Epilog: Apapun yang terjadi, bukan masalah yang membuat kamu kalah, tapi cara kamu menyikapi masalahlah yang membuat kamu kalah. Bisakah kamu tetap memberi, walau mereka terus menyakiti? Semoga kamu tak patah lagi.
Senin, 09 Januari 2023
#day09 #30haribercerita #ceritarunnerlpc #filosofi