Jangan Sampai Kita Lupa Kepada Allah Ta’ala | Pengajian Malam Rabu PRM Sambirejo Timur | Ust. Dr. Zainun Hamidi

Avatar photo
Reading Time: 3 minutes

05 Rajab 1445 H / 16 Januari 2024 M

Moderator oleh Andrianto, S.Sos.I

Pembacaan Tertib Acara oleh Moderator

Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat 81-91 oleh Nawirul Haqqi


Isi Kajian:

Penyampaian Materi Kajian oleh Ust. Dr. Zainun Hamidi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.”
QS. Al-Hasyr[59]:19

Kalimat tentang tamsil ini, bisa kita dapatkan pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًاۗ تَتَّخِذُوْنَ اَيْمَانَكُمْ دَخَلًا ۢ بَيْنَكُمْ اَنْ تَكُوْنَ اُمَّةٌ هِيَ اَرْبٰى مِنْ اُمَّةٍ ۗ اِنَّمَا يَبْلُوْكُمُ اللّٰهُ بِهٖۗ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

“Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan tenunannya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai-berai kembali. Kamu menjadikan sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu karena ada (kecenderungan memihak kepada) satu golongan yang lebih banyak kelebihannya (jumlah, harta, kekuatan, pengaruh, dan sebagainya) daripada golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu dan pasti pada hari Kiamat Allah akan menjelaskan kepadamu apa yang selalu kamu perselisihkan.”
QS. An-Nahl[16]:92

Kedua contoh tamsil ini, adalah larangan yang harus kita jauhkan dari diri kita sebagai seorang muslim.

Lawan kata lupa adalah ingat. Secara spesifik manusia memang disebut sebagai makhluk yang pelupa. Tempatnya salah dan lupa. Berarti, kita perlu menyadari ini bagian dari sifat manusia. Namun kalau berlangsung menjadi rutinitas (lupa) menjadi hal yang berbahaya.

Dalam setiap pergerakan kita, haruslah ingat kepada Allah Ta’ala. Seseorang yang waras, Ulul Al-Bab, haruslah ingat kepada Allah saat berdiri, duduk dan terbaring.

Jenis-jenis ingat kepada Allah, bisa lewat lisan dan perbuatan. Sedetik apapun, kita tidak boleh kita tidak ingat kepada Allah Ta’ala. Ini haruslah menjadi keseharian. Berarti kalau tidak ingat kepada Allah, kita dalam posisi yang lupa kepada Allah.

Ayat di atas, bilamana kita lupa kepada Allah maka Allah akan melupakan kita. Jadi kita harus pahami bagaimana diri ataupun hakikat kita hidup dunia sampai nanti waktu yang ditetapkan atau dijanjikan akan terwujud. Kalau Allah sudah melupakan diri kita, kita pasti jadi lupa diri. Akan salah langkah kita dalam bertindak, tidak lagi sadar terhadap apa yang sedang kita lakukan dan berakhir kebiasaan yang buruk.

Apa sebab lupa kepada Allah?

  • Dikuasai oleh syaitan

Syaitan adalah faktor pertama yang seringkali membuat kita lalai dalam kehidupan. Membuat manusia tergelincir ke dalam kesesatan. Cara kerja syaitan dalam menggoda bisa dari empat penjuru mata angin. Ada dua arah yang syaitan tidak mampu menggoda, dari atas dan dari bawah, yaitu orang yang senantiasa bermunajat kepada Allah. Orang yang senantiasa meletakkan wajahnya pada sajadah dalam keadaan khusus sholatnya, maka syaitan akan gagal dalam membuat manusia lalai. Selain dari ini, syaitan punya potensi untuk membuat manusia lalai.

  • Dikarenakan mendustakan ayat-ayat Allah

Mendustakan ini, bisa secara langsung atau tidak. Yaitu yang tegas menolak ayat Allah dan ini tergolong dalam orang yang kafir. Atau orang-orang yang tidak mau peduli dengan ajakan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Padahal jelas ayat itu memerintahkan atau melarangnya, namun ia abaikan begitu saja.

Ayat-ayat Allah ada dua kelompok. Pertama, ayat-ayat yang tertulis dan kedua, ayat-ayat yang tidak tertulis. Ada orang-orang yang saat membaca ayat tertulis, ia tidak sadar. Namun saat membaca ayat yang tidak tertulis, seperti fenomena alam, ia dapat menyikapi hal ini sebagai teguran. Namun bila keduanya tidak membuat berubah atau terpengaruh, maka ini cukup mengkhawatirkan untuknya.

Orang-orang yang mendustakan hari akhirat dan ada pertemuan dengan pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan dimuka bumi ini kepada Allah. Maka sia-sialah amal mereka dan akan diberi balasan atas apa yang mereka kerjakan. Mudah-mudahan kita bukan termasuk kedalamnya.

  • Munafik

Bila dia berkata selalu dusta, dusta ini ada pula seninya, diucapkannya hal yang tidak benar seakan-akan benar. Inilah orang yang tidak akan mendapatkan kebaikan. Kalau orang jujur, akan tertuntunlah ia kepada kebaikan dan akan dibalas dengan surga. Sedangkan yang berbohong, akan membawanya langkahnya terang benderang kepada neraka.

Orang-orang yang berbohong seringkali untuk membela diri, padahal itu membuatnya merugi. Sekali kita berdusta dan sampai bersumpah, ini akan amat sangat berat hidupnya. Kita, pastilah mengerti orang-orang yang bohong. Bisa kita lihat wajah dan perangainya. Harusnya, orang itu tampak depan dan belakangnya sama. Bila tidak, termasuklah ia menjadi pembohong.

Kalaupun ia berjanji, haruslah dibarengi dengan Insyaallah. Namun hari-hari ini, insyaallah menjadi tameng pembenaran. Inilah yang keliru. Yang menggunakan insyaallah sebagai tameng adalah salah. Juga orang yang langsung skeptis ketika mendengar orang yang insyaallah pun tidaklah boleh langsung seperti itu.


Demikian catatan ini, untuk kajian selengkapnya kamu bisa ikuti secara langsung Pengajian Malam Rabu di PRM Sambirejo Timur pekan ke-3 oleh Ust. Dr. Zainun Hamidi.

Terimakasih dan mohon maaf.

Fastabiqul Khoirot, Wallahu A’lam.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Penulis: Nawirul Haqqi