Ahad, 16 Rajab 1445 H / 28 Januari 2024 M
Isi Kajian:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
QS. Al-Qasas[28]:68
Allah menciptakan sesuatu, Allah pula yang memilih. Uniknya, seakan dalam ayat ini Allah tidak netral. Bilamana Allah netral semisal: Nabi Isa yang akan terbunuh oleh Romawi, namun Allah mengangkatnya untuk menyelematkannya.
Artinya, Allah banyak memilih yang tidak netral.
Dalam keseharian, kita perlu tidak netral semisal anak kita tidak sholat. Bersikap netral artinya membiarkannya tidak mengapa untuk tidak sholat.
Al-Ghazali pernah berdoa, setelah dia meninggalkan filsafat, dia berdoa “berikanlah aku sakit”, alasan kenapa dia berdoa seperti itu karena baginya “saat sakit Allah begitu dekat denganku”.
Semakin berat proses seseorang untuk beribadah, maka makin besarlah bagi pahala. Ini bukan tentang hasil, namun prosesnya. Seperti pahala yang diberikan untuk orang-orang yang datang pertama ke masjid untuk sholat Jum’at. Semakin pertama, pahala yang didapat lebih besar dari pada orang yang terakhir.
Ada seorang anak muda yang dari habis subuh sampai waktu sholat selanjutnya masih berdoa dan sholat, Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam menegurnya untuk bekerja.
Jadi dalam menegakkan hukum kita tidak boleh netral. Di dalam Muhammadiyah ada tersebut kalimat “Sebenar-benarnya” untuk menjelaskan ada orang baik namun tidak benar.